PII aku kembali,entah apa yg mampu menggiringku untuk
menapaki organisasi yg aku kenal empat tahun silam (from 2010),aku kembali
dengan pribadi yang beda tentunya,dengan pemikiran yang semakin berisi dan
dipenuhi amunisi tarbawi.dulu belum begitu faham dan cenderung
mengikuti,sekarang begitu menyadari malah mulai terbelenggu dg pemikiran yg
didapat dari organisasi ini.
Bersinggungan dengan banyak kalangan dari beda lapisan:mulai
dari pelajar dg segala pemikiran,sarjana muda hingga yg sedang melanjutkan
progam S3,keluarga besar yg sukses dg usaha maupun prestasinya dan masih banyak
lagi.kebanyakan dari mereka yang sepenuhnya belum benar-benar militan tapi kami
sama-sama dipayungi dengan aqidah yg bernama “islam”maka tak heran jika kita
menemui seorang preman yg menjadi ketua PD ataupun seorang perokok yg sukses
sbg PW,syiah,salafi,muhammadiyah,nahdathul ulama dan banyak harokah lainnya.
Disini tidak hanya otakku yang diperas untuk menyikapi
masalah kekinian atau menguatkan keyakinan tapi akhlaqku yg telah aku bangun
setelah mengikuti banyak agenda tarbawi juga sedang diuji.
Lagi-lagi antara pemikiran dan perlakuan harus
diseimbangkan;bagaimana berinteraksi tanpa harus membatasi diri,masih harus
bersinggungan dengan beberapa orang yg sama dengan kondisi yang sudah berbeda.
Sungguh aku mengakui PII memiliki manajemen organisasi yang
luar biasa baiknya mulai dari pola kaderisasi yg berjenjang,semua administrasi
yg tersususn rapi,perlakuan dan pendayagunaan kader pasca training yang tak
pernah berhenti,dan itu semua seperti memiliki sistem yg terstruktur tinggal
bagaimana kita mau dan mampu menjalani.
Kalo diingat-ingat malu yah ketika empat tahun lalu tampil
dengan kondisi seperti itu;serba ketakutan yg luar biasa, takut dengan
keramaian,cenderung menutup diri dan tidak mau berinteraksi,bosan belajar
diruangan dan lebih menyenangi berbaur dg alam dan masih banyak yg
lainnya,padahal kondisi seperti itu mampu mematahkan potensi diri ,tanpa
disadari semua itu masuk ke dalam penilaian observer dilokal loh
Tapi sampai sekarangpun masih belum bisa menghilangkan
perasan-perasaan yangg seperti itu,entah mengapa seperti sudah melekat sbg
kepribadian diri bahkan sampai sekarang akupun belum menemukan penyebab mengapa
aku bisa seperti itu apa ini berkaitan dengan penyakit diotakkuku yg mampu
mempengaruhi system syaraf yg bekerja diluar kesadaranku atau apalah
“Big Huge” buat kak wahyu yg sudah mengerti: mau dengar
renggekan mslhku,yg bawa temen2 lokal keluar malem2 krn aku mulai bosan
dikelas,yg sdh banyak melakukan pembelajaran dekat dg alam dll kak hari juga
tuh ‘gamsahamnida oppa’ rame dan energik banget tapi sayang fisikku tidak
terlalu kuat untuk mengimbangi tingkah beliau.entah apa yang kakak dan seluruh
instruktur fikirkan tentang kondisiku,yang pasti aku nyaman ketika kalian semua
mampu memahami keanehanku.oh iya aku masih ingat tuh sandal jepit warna hijau
yg dipake kakak instruktur dr Bali,itu punyaku loh.semoga masih diberi
kesempatan untuk bertemu dg beliau,aamiin#maaf belum sempat mengenal nama.
Kalo boleh jujur bahkan sampai sekarang ketakutan terbesarku
adalah tatapan mata,entah mengapa serasa panas dingin kalo ada orang yg terlalu
menatapku berlebihan dan anehnya aku tidak mampu untuk memberanikan diri
membalas tatapannya,itulah mengapa aku selalu mengalihkan pandanganku,selalu
mencari-cari kesibukan diluar kegiatanku dan lain sebagainya…
Yah memang tiap training punya cerita dan ini ceritaku.Apa
ceritamu???
Ceritaku belum berakhir kawan,aku jg berkenalan dengan yunda
biah muallimku pasca batra selain kak wahyu,jauh lebih nyaman tukar fikiran
dengan Nda Biah,mungkin karena sama-sama perempuan,selain itu Nda biah juga
asyik bgt diajak ngomong ngalor-ngidul gak jelas yg akhirnya malah kekonyolan
jd bahan perbincangkan,yang jauh lebih penting adalah beliau mampu menempatkan
diri,adakalanya sbg teman sebaya dan kakak yg bijak…
Ada jg Uni Dina yg tak bosan2 menghubungiku baik lwt hp
maupun sosmed mengenai agenda terdekat PII,bahkan ketika LIT kemarin beliau yg
terus mendorongku untuk mengikutinya,sehingga membuatku tak bisa melakukan
pembelaan dg kata2…mulanya aku fikir beliau terlalu cuek dg orang2
disekitarnya,tapi setelah mencoba menjalin keakraban aku menemukan ruh yg sama
dalam dirinya ‘mampu menempatkan diri’.sungguh teman seperti apalagi yg aku butuhkan
jika dikelilingi orang-orang seperti mereka adakalanya sbg sahabat dan lain
waktu sbg penasihat
Pokoknya PII Lampung ramean deh ada kak afif,kak eko,kanda
aldi,yunda eva,yunda atikah,yunda desi itu yang aku kenal sebagai instruktur
Baru-baru ini aku kenal itu ada kak rifka yang paling dewasa
diantara kami dan masih mau ‘care and cure’ sama pola kaderisasi PII,ada juga
kak ahmad yang gak begitu deket tapi sering aku hubungi untuk keperluan
tertentu minta dana misalnya hehehe
Kalau yangg seumurran dan lebih tepatnya aku paling tua
diantara mereka :aya,azmi,icil,fitri,okti,titin,wangga,mustika dan adik2
pelajar di SMKN 1Talang Padang lainnya
Namun akhir-akhir ini karena terlalu sering mengikuti agenda
PII malah pemikiranku mulai bergejolak aku takut meluikai apa yang telah aku
yakini karena PII cenderung memfasilitasi.Kalau di LDK yang sering aku kritisi
kenapa dakwah kampus kami harus sinergi dengan urusan siyasi (politik) baru-baru
ini aku ketahui dari murobbi karena gerakan kami berbasis ikhwanul muslimin
yang mengadopsi fikroh Imam Hasan Al Banna sehingga mengambil jalur politik
untuk berdakwah dengan tujuan akhir terbentuknya jamatul muslimin.Makanya dulu
sempet setengah hati waktu disuruh murobbi ikutan agenda LT3Besar PKS karena
belum begitu faham tentang urgensi
Untuk seorang aku yang tidak bisa menerima atau menurut
begitu saja perintah murobbi dan cenderung bandel karena banyak tanya akan
kemaslahatan i’lanat seringkali tidak mendapatkan ketidakpuasan terhadap jawaban dari murobbi
Sebenarnya aku hanya mengkritisi dan sedikit kepo dengan
harokah ini tapi malah terkadang pola berfikirku yang seperti ini cenderung bermasalah
karena dinilai mengingkari ketaatan pada jamaah
Setelah beberapa kali ganti murobbi dan kali ini dipegang
oleh seorang ummahat,aku baru mau mendengarkan karena taujihnya cenderung
menentramkan secara lebih berpengalaman untuk mengatasi binaan yang nyeleneh
seperti aku.
Yang mulai aku sadari adalah gerakan ini meletakkan
keputusan terbesar pada jamaah demgan dijembatani oleh majelis syuro,ketaatan
jundi kepada qiyadah sehingga tak heran punya banyak jamaah yang loyal dan
royal bahkan masalah jodoh saja dikemas begitu rapi misalnya kader tarbiyah
diusahakan untuk menikah dengan yang sama-sama sudah tarbiyah,nikah beda
harokah bermasalah karena tidak sefikrah,menyayangkan kalau ada kader yang
menikah tanpa melaui prosesi taaruf dll
Sementara PII menfasilitasi semua keingintahuanku,kehausan
ilmu pengetahuanku,keaktualisasi nilai-nilai pada diriku yang tidak hanya
berorientasi kepada dakwah kampus.secara disini kenal banyak kalangan dengan
segala pemikiran sehingga membuatku tidak serta merta bisa membenarkan
pemikiran yang aku dapatkan.tapi biarkanlah diri ini menyelami berbagai macam
fikri yang telah diketahui tanpa harus mengubah mainset dan cenderung ikut
arus.
mungkin PII telah berhasil mempengaruhi fikriyahku dengan
tsaqofah tetapi tarbiyahlah yang telah lebih dulu membentengiku dengan amunisi
ruhiyah maka aku tidak akan meninggalkan jamaah ini begitu saja,namun hanya
membiarkan tetap ber-PII dengan background dakwah-tarbiyah.jikalau harus
bermasalah terkait fikriyah mungkin itu resiko yang harus diterima karena
membenarkan banyak pemikiran belum tentu sefaham
#sudutruangtanpacela,10102014
ayo kita warnai PII dengan masing-masing warna, apapun itu..
BalasHapusmerah, hijau, jingga,kuning, biru , nila , dan ungu..
semangat dakwah :)
ingat2 yah ay saling mewarnai tanpa harus merubah citra diri...
Hapusiya mbkyu... bismillah. aku telah menemukan jati diri kok :D
BalasHapus