Dear



P A S T - T I M E
“Setiap orang berhak menentukan arah hidupnya ; untuk berjalan maju atau tetap tinggal pada masa lalu”
Suatu malam diseretai gemercik air hujan aku dan seorang teman laki-laki terlibat dalam suatu obrolan, serius tapi terbuka. Obrolan yang tak pernah muncul meskipun kami telah berkenalan cukup lama. Antara kenangan dan masa depan, pengantar obrolan untuk memulai percakapan. Hal yang tidak pernah terduga adalah aku masih bersinggungan dengan seseorang dimasa lalu; dia tumbuh dengan perbedaan sementara aku masih hidup dimasa lalu; ya karena aku masih membayangkan hal-hal yang menyenangkan ketika kita begitu akrab di masa kanak-kanak dan berharap bisa mengulang semuanya karena mungkin aku terlalu dalam tenggelam dalam kenangan.


Meskipun dia telah banyak berubah, dia tetap saja laki-laki yang dulu. Yang memperlakukan perempuan sebagaimana mestinya ingin di perhatikan, sehingga banyak perempuan yang dekat dengannya salah satunya adalah aku. Entah berapa banyak dirinya telah berubah, tapi tiap kali aku kembali berkomunikasi dengannya aku hanya ingin menyelesaikan cerita kami yang tak pernah menemui akhir. Tapi sayangnya aku rasa itu adalah harapan yang sia-sia, semacam pekerjaan yang tak berguna karena hanya akan merasakan lelahnya.


Dia menganggapku adalah bagian dari masa lalu sementara aku selalu merasa bahwa masa depanku bisa hadir dari beberapa bagian di masa lalu, salah satunya mungkin dia. Dulu semasa remaja, seberapapun akrabnya, kami tidak pernah menjalin suatu hubungan yg terikat ‘pacaran’ karena aku hanya ingin kedekatan kami sama-sama bisa saling memperbaiki diri. Namun aku rasa dia tidak siap atau bahkan tidak mengerti dengan keinginanku hingga akhirnya dia menemui banyak perempuan yang mungkin bisa lebih ekspresif daripada aku.


Kami juga sempet terlibat permusuhan ala remaja yang masih suka olok-olokan, entah serius atau semacam leluconan mungkin bisa saja diantara kami masih memendam rasa satu sama lain. Dan masih banyak lagi potongan cerita hingga kami lulus sekolah menengah, terakhir komunikasi adalah sewaku SMA ketika aku terlalu tenggelam dalam kesakitanku.


Bagaimanapun, dia yang merupakan bagian dari masa laluku telah membangunkanku dari mimpi semalam yang selalu dinaungi dengan keinginan untuk berandai-andai. Betapapun indahnya kenangan di masa lalu, tetap harus diakhiri ketika kita ingin melangkah maju, entah siapa yang telah memulai kisah di masa lalu pada akhirnya tetap kitalah yang harus mengakhiri. 


Mungkin saja antara laki-laki dan perempuan akan benar-benar menjadi teman apabila mengesampingkan perasaan, dari yang seperti itulah tidak akan pernah ada yang namanya masa lalu akan tetapi menjadi sulit apabila salah satu diantaranya telah jatuh lebih dalam untuk mengartikan sebuah kedekatan satu sama lain.

Namun tak jarang ada juga yang bisa benar-benar kompak menjalin persahabatan karena benar-benar telah melebihkan dirinya untuk satu sama lain.
Semarang  Terang,071115

Komentar