Aku (ingin) Menikah
Wanita itu cenderung terbawa perasaan saat : menyaksikan
teman-temannya sudah banyak memiliki momongan, melihat teman-temannya sudah
banyak berdampingan dipelaminan, umurnya semakin bertambah sementara hidupnya
belum juga mengenap. Tapi apakah benar kita butuh banyak persiapan untuk masuki
gerbang pernikahan atau kita hanya butuh keyakinan untuk melangkah lebih jauh
lagi memasuki gerbang kehidupan yang lebih sakral ?!
Pernikahan itu butuh kesiapan tapi apa tolak ukur kita tidak
akan gagal dalam pernikahan ?! Bukan- bukan maksudku menyatakan gagal dalam
pernikahan harus berujung dengan perceraian, tidak lebih buruk dari itu bahwa
tiap pernikahan akan menemui ujiannya sendiri, masalahnya yang bertubi-tubi
lantas bagaimana kita dinyatakan siap untuk berfikiran lebih dewasa dalam
mengatasi masalah rumah tangga.
Hey, ini tidak sesederhana masalah aku dan kamu, tidak
sesempit dunia kita berdua, ada mereka yang hidup diantara kita, keluarga,
kerabat, teman barangkali. Selain itu masih ada ego yang mendominasi diri kita.
Iya, menikah itu seni mengalah, seni menahan diri dan seni terbuka untuk semua
hal baik yang berkaitan dengan keluarga kecil kita maupun lingkaran keluarga
kita.
Lantas apa tujuanmu menikah sesungguhnya kalau menganggap
bahwa pernikahan hanyalah peralihan status, hanyalah suatu fase dimana kamu
telah siap akan hadirnya orang asing yang selalu mencampuri urusan pribadimu,
dia yang nanti akan menjadi pasangan hidupmu.
Menikah adalah suatu proses pembelajaran yang tidak akan berhenti,
gerbang pernikahan adalah suatu universitas kehidupan yang akan menjadikan kita
lulus tanpa gelar. Ibu rumah tanggalah sebaik-baiknya gelar yang membuat kita
bangga sebagai istri atau suami idaman lah yang membuat kita berhasil
mengumandangkan model keluarga yang harmonis dan lain sebagainya.
Setelah menikah kita butuh kesiapan-kesiapan selanjutnya.
Banyak, banyak sekali yang akan kita urus setelahnya perihal kedatangan
momongan, status tempat tinggal dan berbagai macam pertanyaan yang coba
dimunculkan dari orang sekitar kita. Jadi menikah adalah awal bukan akhir,
menikah adalah awal kehidupan kita yang baru, tentunya dengan pasangan kita.
Menikah adalah awal status kita yang baru yang telah beralih tanggungjawab,
kita bukanlah lagi sendiri dengan keegoisan kita, kita bukanlah sendiri dengan
kesenangan kita tapi ada orang lain yang mempunyai hak akan diri kita, dia
adalah pasangan kita.
Hidup ini terus berjalan dan menikah adalah salah satu fase
yang harus kita lewati dalam kehidupan, mau tidak mau suka tidak suka pada
akhirnya nanti pernikahan tetap melengkapi catatan kehidupan kita sebagai
manusia yang telah banyak belajar menjadi dewasa
Aku (ingin) menikah tapi bukan karena menyaksikan banyak
temanku yang sudah menikah, aku (ingin) menikah tapi bukan karena selalu banyak
orang yang mempertanyakan tentang kesiapan, aku (ingin) menikah bukan karena
umur yang semakin bertambah sementara tak kunjung datang pangeran yang mengajak
ke pelaminan. Aku (ingin) menikah saat waktu bahagia yang telah digariskan telah datang J
#se(Lagi)Galau,200417
Komentar
Posting Komentar