What's next ?
Salah satu kebahagiaan
saat harus melakukan perjalanan luar kota sendiri adalah menikmati keberagaman
peristiwa yang terjadi. Orang-orang tak dikenal dan latarbelakangnya serta episode-episode
yang bergulir selalu memberi banyak kejutan.
Awal mula memberanikan
diri untuk berpergian ke luar kota adalah sewaktu ke Semarang untuk mengikuti
tes pekerjaan tepatnya pada akhir tahun 2015 silam, tidak sepenuhnya sih
benar-benar awam karena hanya tinggal menunggu jemputan teman dan itupun juga
masih dalam pengawasan dia saat masih dalam perjalanan. Tapi yang terpenting
adalah keberanian untuk mengambil keputusan yang bermodalkan kenekatan.
Selanjutnya Solo. kalau
melalui jalur udara memang lebih praktis karena hanya membutuhkan waktu dua jam
dan rute perjalanan menuju tujuan saya pun tidak membutuhkan waktu yang lama
dari bandara tapi tidak untuk kendaraan darat. Butuh waktu lebih dari 1 x 24
jam untuk sampai ke tempat tujuan saya saat menggunakan tranportasi lintas
pulau. Saya berfikir saya lebih berani karena ini kedua kalinya saya harus
melakukan perjalanan ke bagian tengah pulau jawa, tapi ternyata tidak. Saya
masih terlihat cemas tiap melintasi daerah-daerah yang asing menurut saya, yang
ada dalam fikiran saya adalah kalau-kalau saya akan kesasar karena ketiduran di
dalam bis dan tidak tahu harus kemana lagi. Saya beruntung hal semcam itu tidak
terjadi, Allah memang selalu memberikan kebaikan pada hambaNya saat dalam
kesempitan,
Mulanya saya tidak
menyangka kalau akan berpergian menggunakan jasa angkutan bis lintas pulau
karena sewaktu memesan tiket pada biro perjalanan yang saya pilih petugasnya
tidak menjelaskan hal itu. Yang menarik saat menggunakan bis lintas pulau
adalah penumpangnya yang beragam dan kondisi bis yang tidak karuan mulai dari
sampah yang menumpuk dan bau keringat para penumpang maupun kondektur bis. Hal
ini persis seperti apa yang yang saya alami saat ke Semarang meski berbeda angkutan.
Ternyata usut punya usut bis lintas pulau ini memulai rute perjalanannya dari Medan dengan tujuan
akhir Surabaya. Wajar saja kalau keadaan bis yang sudah semrawut karena belum
sempat dibersihkan. Saya memilih duduk dibagian tengah sendirian karena banyak
barang bawaan yang tidak boleh dimasukkan bagasi. Saya mendengar beragam bahasa
daerah saat antar punumpang melakukan percakapan dan saya memilih diam dan
tidak mau terlalu akrab. Hingga di terminal pemberhentian daerah Jakarta yang
mengharuskan saya untuk berbagi tempat duduk dengan seorang laki-laki. Saya
mengamati dengan seksama memang pada saat itu dominasi penumpangnya adalah laki-laki.
Saya belum memulai
percakapan dengan teman duduk saya hingga keesokan harinya dia memulai dengan
menawarkan makanan yang dibeli dari pedagang asongan. Dari situ kami memulai
banyak obrolan meski belum sempat berkenalan. Yang saya tangkap dari pesan
tersirat yang dia sampaikan sewaktu kami mengobrol adalah kerja keras dan
keberanian untuk memulai suatu hal diluar passion saya. Semoga kesempatan baik
memberi saya peluang untuk dipertemukan lagi dengan dia, seseorang yang masih
dirahasiakan namanya.
Surakarta, 31 Agustus
2017
Komentar
Posting Komentar